Senin, 18 Juni 2012

Sosok Wanita-wanita Perkasa, Masihkah Kita Berani Menyakitinya?


Siang itu, aku yang sedang menikmati tidur siangku yang nikmat, dibangunkan oleh ibu. Hm, pasti minta diantar ke pasar, pikirku. Walau dengan badan yang sungguh letih kala itu karena habis lembur di kantor SD, ku paksakan untuk bangkit dari tidur. Apa sih yang nggak bisa aku tolak dari segala hal yang di ucapkan oleh ibu? Hehe.
Setelah cuci muka dan ambil jilbab, aku siap-siap nangkring di atas motor. Ibu mengajakku untuk beli beras. Bukan ke pasar ternyata, tapi ke selep alias ke tempat penggilingan padi tak jauh dari rumahku. Cuma butuh waktu sekitar 2 menit untuk sampai kesana. Kata ibu, beli beras di selep harganya jauh lebih murah ketimbang ketika sudah di distribusikan ke pasar-pasar.
Sesampai disana, aku hanya menunggu di pintu utama selep, ibu masuk menemui pemilik selep untuk membeli beras dan terjadilah transaksi enyang-enyangan (tawar-menawar) antara ibu dan si empunya selep.
Aku melihat sekeliling selep, banyak orang-orang yang sedang bekerja disitu untuk mengeringkan Padi agar menjadi gabah (Padi Kering) dan siap untuk digiling. Tua, muda, besar, kecil, laki-laki dan perempuan. Tapi mata ini tertuju pada seorang perempuan yang kira-kira berumuran 65an, yang sedang memanggul 2 karung besar gabah dipunggungnya. Ya Allah, laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziim.  
Tampak dari jauh seorang wanita 65an memanggul 2 karung gabah yang hanya beliau yang bisa merasakan beratnya
Tiba-tiba dada ini serasa bergemuruh. Hatiku trenyuh. Ada rasa kecewa, dimana anak-anak ibu itu? Dimana suaminya? Dimana saudara-saudara? Kenapa masih jua seorang perempuan renta seperti itu harus bekerja pekerjaan kasar, tak adakah yang lebih baik bagi seorang perempuan tua?
Seorang ibu ditemani anak laki-lakinya yang masih kecil
Ku ucapkan berkali-kali rasa syukur, keluargaku masih di beri rizki yang cukup sehingga tak perlu ku lihat ibuku tercinta harus memanggul 2 karung besar gabah di punggungnya setiap hari. Yah, walaupun setiap habis subuh aku dan ibu harus kulak’an (membeli untuk di jual kembali) solar serta bensin ke pertamina dengan membawa 2 dirigen besar dengan di angkut untuk di jual kembali di rumah. Pekerjaan sampingan untuk meringankan kerja bapak sebagai guru SD. Tapi aku selalu bersyukur. Seperti apapun kondisi keluargaku, masih alhamdulilah jika aku melihat lagi orang-orang di bawahku.

Lalu, masihkah kita berani menyakiti hati seorang ibu? Masihah kita berani bergaya di atas rekoso (beban) sang ibu? kalau ada, wah kebangetan!!!

12 komentar:

  1. ini sebuah potret dan teladan yang nyata..banyak pelajaran yang kita bisa diambil.
    thanks sob..keren
    sangat memotivasi bgt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suwun mas/pak Poerwanto Sigit.. Terima Kasih. Apapun yang kita miliki atau belum kita miliki, janganlah enggan untuk bersyukur. SEMANGAT !!!!!

      Hapus
  2. benar2 perkasa ya...gak kalah dg pria.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Kak Cerpenis ... Emansipasi loooh ... Dalam segala hal ni ... Jangan mau kalah tapi dengan ibug2 ^_^

      Hapus
  3. Subhanalloh, bener sekali mbak kita cuma kurang bersyukur, lebih baik bekerja seperti ibu tua itu dibanding berkata "saya tidak mampu"
    isinya hampir sama seperti postingan saya yang judulnya "derajatku dan keluargaku"

    event ngeblog: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hu'um kak ... derajatnya di mata Tuhan pun lebih tinggi dari pada para peminta-minta yang kebanyakan mengaku cacat dan tidak mampu ...

      Sama ya?? Hehehe .. Fenomena kehidupan yang banyak di temukan dimana-mana !!!

      Makasi infonya kak :)

      Hapus
  4. Subhanallah, seorang nenek aja masih belum menyerah untuk berusaha, apalgi yang muda, mosok mau sok untuk bekerja dan usaha

    Sebuah cerita yang sangat inspiratif Mbak, banyak sekali yang bisa diambil dari kejadian diatas, bersykur adalah salah satu cara untuk mensyukuri apa yang telah di beri oleh_Nya

    salam kenal Mbak Dessy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap .. Kita sebagai kawula muda harus jauh lebih semangat ya ^_^

      Makasii kak,, semoga bisa di ambil hikmahnya yaa.. Selalu bersyukur :)

      Salam kenal balik kak sofyan !!!!

      Hapus