Serasa di kuil China |
Fiuh, telah usai PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) dan KKN (Kuliah Kerja
Nyata) selama 2 bulan di Desa Jogoloyo Demak kala itu. Ingin hati refresing jauuuuhhhhh, apa daya uang
gajian belum ditangan. Hehehe. Yap, akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan di
daerah Semarang-an saja. Di Klenteng Agung Semarang tepatnya. Sebenarnya sudah
berkali-kali lewat situ, tapi ya, hanya lewat, belum sempat merasakan aura
didalamnya. Dari luar keliatan megah lho, tak kalah megahnya juga dari dalam.
Jam 9.00 Wib, saya dan Mas ugo, My ehemb, langsung cuuus kesana.
Hanya memakan waktu sekitar 1 jam dari Demak tercinta. Dengan naik motor
kesayangannya, kami melaju dihari sabtu yang syahdu itu.
Payung nyewa,, xixixi :P |
Sesampai disana, agak sepi sih, ya mungkin tidak banyak
orang yang sembayang kala itu. Tiket msuk area luar dibandrol 3.000 rupiah per
kepala. Untuk tiket masuk Klenteng Agung yang untuk beribadah, di bandrol
20.000 rupiah per kepala.
Sambil buka Wikipedia, saya dan Kang mas berkeliling
klenteng dan tak lupa photo-phot dums, hohoho.
Pokoknya dimanapun kita berada, jangan sampai lupa membawa camera. Betul
tidak???
Yuk, sekarang kita mbah Wiki (baca: Wikipedia)
tentang seluk beluk Klenteng Agung Sun Go Kong, eh, Sam Poo Kong maksud
saya. Hehehe.
Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan
pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng
He / Cheng Ho. Terletak di
daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang
menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya
tulisan berbunyi "marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan
bacaan Al Qur'an".
Serasa Pre-Wed :D |
Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah
Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu., orang Indonesia keturunan
cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng - mengingat bentuknya
berarsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng. Sekarang tempat tersebut
dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat
untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan
sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana cheng ho
adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat
dimeklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah
meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.
Botolnya kaya yang di Sun Go Kong yak?? |
Menurut cerita, Laksamana Zheng He sedang berlayar
melewati laut jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit, ia memerintahkan
membuang sauh. Kemudian ia merapat ke pantai utara semarang dan mendirikan
sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi
kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di
akibatkan pantai utara jawa selalu mangalami pendangkalan diakibatkan adanya
sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah
utara.
Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut
karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di
desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang
ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan
ajaran-ajaran Islam.
Mempelajari sejarah sambil tak lupa berpose ^^ |
Nah, yuk teman-teman yang berada diluar kota Semarang,
coba deh mampir ke Sam Poo Kong. Serasa berada di kuil China lhoo, *eh. Hohoho
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar